20090608

Tabalong Tempo Dulu

Catatan Pendek Tentang Tabalung (Tabalong)
Perlu disempurnakan dari segi penelitian arkeologi dan tradisi lisan.

Tidaklah salah kita menengok kebelakang tentang keberadaan Tabalong.Tabalung yang legenda tentram dan damai pada saat itu mungkin dapat mengilhami kita saat ini.Pembangunan bukan hanya tanggungjawab pemerintah dan perusahaan tapi juga tanggungjawab kita. Dulu kita bisa hidup bergotong royong, sekarang mengapa kurang?Kebudayaan & bersosialisasi sejak jaman dulu kala sangat mempengaruhi keadaan ekonomi daerah ini.dari fase buram (sebelum BPM. Permina) sampai fase adaro diabad millennium, perekonomian Tabalong cendrung meningkat ini dilihat dari minat beli dan harga barang yang berbeda dari Kabupaten tetangga.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang efektif, Sumber Daya Manusia yang handal dan Sistem Kebijakan yang pro masyarakat akan menusung kesejahteraan konon katanya Bumi Saraba Kawa. Bulan Desember 2007 ulang Tahun Tabalong, kami persembahkan cerita dibawah ini ulasan sejarah Tabalong dan masih banyak yang perlu disempurnakan.
Penduduk asli Kalimantan Selatan diperkirakan awalnya menempati daerah pegunungan. Pegunungan di Kalimantan Selatan adalah pegunungan meratus.Pegunungan meratus bak memagari kalimantan Selatan. Betapa tidak pegunungan yang memanjang dari Batu licin (Tanah Bumbu), ke Pelehari, trus ke Martapura, rantau, Kandangan, Barabai, Balangan, perbatasan Kalimantan timur (Tabalong) sampai kegunung Mungkur Batu putih perbatasan Kalimantan tengah.Peradapan manusia yang bercocok tanam dan berpindah-pindah membuat kejelasan awal dari peradapan menjadi agak buram. Namun beberapa tahun lalu telah ditemukan fosil manusia
ras Austrolomelanesia yang mendiami gua-gua di pegunungan Meratus. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong. Fosil diperkirakan ada sejak dari 8000 SM. Pada abad ke 5 M, diperkirakan telah berdiri Kerajaan Tanjungpuri yang berpusat di Tanjung, Tabalong
Jauh beberapa abad kemudian, orang-orang Melayu dari Sriwijaya banyak yang datang ke kawasan ini. Mereka memperkenalkan bahasa dan kebudayaan Melayu sambil berdagang. Selanjutnya, kemudian terjadi asimilasi dengan penduduk tempatan yang terdiri dari suku Maanyan, Lawangan dan Bukit. Maka, kemudian berkembang bahasa Melayu yang bercampur dengan bahasa suku-suku daerah tempatan, yang kemudian membentuk bahasa Banjar Klasik.
Untuk mengetahui sejarah Banjar lebih lanjut, historiografi tradisional masyarakat tempatan sangat banyak membantu. Di antara sumber yang paling populer adalah Hikayat Lambung Mangkurat, atau Hikayat Banjar. Berdasarkan sumber tersebut, di daerah Banjar telah berdiri Kerajaan Hindu, yaitu Negara Dipa yang berpusat di Amuntai. Kemudian berdiri Negara Daha yang berpusat di daerah sekitar Negara sekarang. Menurut Hikayat Banjar tersebut, Negara Dipa adalah kerajaan pertama di Kalimantan Selatan.
Cikal bakal Raja Dipa bisa dirunut dari keturunan Aria Mangkubumi. Ia adalah seorang saudagar kaya, tapi bukan keturunan raja. Oleh sebab itu, berdasarkan sistem kasta dalam Hindu, ia tidak mungkin menjadi raja. Namun, dalam pratiknya, ia memiliki kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki oleh seorang raja. Ketika ia meninggal, penggantinya adalah Ampu Jatmika, yang kemudian menjadi raja pertama Negara Dipa. Untuk menutupi kekurangannya yang tidak berasal dari keturunan raja, Jatmika kemudian banyak mendirikan bangunan, seperti candi, balairung, kraton dan arca berbentuk laki-laki dan perempuan yang ditempatkan di candi. Segenap warga Negara Dipa diwajibkan menyembah arca ini.
Ketika Ampu Jatmika meninggal dunia, ia berwasiat agar kedua anaknya, Ampu Mandastana dan Lambung Mangkurat tidak menggantikannya, sebab mereka bukan keturunan raja. Tapi kemudian, Lambung Mangkurat berhasil mencari pengganti raja, dengan cara mengawinkan seorang putri Banjar, Putri Junjung Buih dengan Raden Putera, seorang pangeran dari Majapahit. Setelah menjadi raja, Raden Putera memakai gelar Pangeran Suryanata, sementara Lambung Mangkurat memangku jabatan sebagai Mangkubumi.
Setelah Negara Dipa runtuh, muncul Negara Daha yang berpusat di Muara Bahan. Saat itu, yang memerintah di Daha adalah Maharaja Sukarama. Ketika Sukarama meninggal, ia berwasiat agar cucunya Raden Samudera yang menggantikan. Tapi, karena masih kecil, akhirnya Raden Samudera kalah bersaing dengan pamannya, Pangeran Tumenggung yang juga berambisi menjadi raja. Atas nasehat Mangkubumi Aria Tranggana dan agar terhindar dari pembunuhan, Raden Samudera kemudian melarikan diri dari Daha, dengan cara menghilir sungai melalui Muara Bahan ke Serapat, Balandian, dan memutuskan untuk bersembunyi di daerah Muara Barito. Di daerah aliran Sungai Barito ini, juga terdapat beberapa desa yang dikepalai oleh para kepala suku. Di antara desa-desa tersebut adalah Muhur, Tamban, Kuwin, Balitung dan Banjar. Kampung Banjar merupakan perkampungan Melayu yang dibentuk oleh lima buah sungai yakni Sungai Pandai, Sungai Sigaling, Sungai Karamat, Jagabaya dan Sungai Pangeran (Pageran). Semuanya anak Sungai Kuwin. Desa Banjar ini terletak di tengah-tengah pemukiman Oloh Ngaju di Barito Hilir.
Orang-orang Dayak Ngaju menyebut orang yang berbahasa Melayu dengan sebutan Masih. Oleh karena itu, desa Banjar tersebut kemudian disebut Banjarmasih, dan pemimpinnya disebut Patih Masih. Desa-desa di daerah Barito ini semuanya takluk di bawah Daha dengan kewajiban membayar pajak dan upeti. Hingga suatu ketika, Patih Masih mengadakan pertemuan dengan Patih Balit, Patih Muhur, Patih Balitung, Patih Kuwin untuk berunding, agar bisa keluar dari pengaruh Daha, dan menjadikan kawasan mereka merdeka dan besar.
Keputusannya, mereka sepakat mencari Raden Samudera, cucu Maharaja Sukarama yang kabarnya sedang bersembunyi di daerah Balandean, Sarapat. Kemudian, mereka juga sepakat memindahkan bandar perdagangan ke Banjarmasih. Selanjutnya, di bawah pimpinan Raden Samudera, mereka memberontak melawan kerajaan Daha. Peristiwa ini terjadi pada abad ke-16 M. Pemberontakan ini amat penting, karena telah mengakhiri eksistensi Kerajaan Daha, yang berarti akhir dari era Hindu. Selanjutnya, masuk ke era Islam dan berdirilah Kerajaan Banjar.
Dalam sejarah pemberontakan itu, Raden Samudera meminta bantuan Kerajaan Demak di Jawa. Dalam Hikayat Banjar disebutkan, Raden Samudera mengirim duta ke Demak untuk mengadakan hubungan kerja sama militer. Utusan tersebut adalah Patih Balit, seorang pembesar Kerajaan Banjar. Utusan menghadap Sultan Demak dengan seperangkat hadiah sebagai tanda persahabatan berupa sepikul rotan, seribu buah tudung saji, sepuluh pikul lilin, seribu bongkah damar dan sepuluh biji intan. Pengiring duta kerajaan ini sekitar 400 orang. Demak menyambut baik utusan ini, dan sebagai persyaratan, Demak meminta kepada utusan tersebut, agar Raja Banjar dan semua pembesar mau memeluk agama Islam. Atas bantuan Demak, Pangeran Samudera berhasil mengalahkan Pangeran Tumenggung, penguasa Daha, sekaligus menguasai seluruh daerah taklukan Daha.
Setelah berhasil meruntuhkan dan menguasai kerajaan Daha, maka Raden (Pangeran) Samudera segera menunaikan janji untuk memeluk Islam. Setelah masuk Islam, ia memakai gelar Sultan Suriansyah. Gelar lainnya adalah Panembahan atau Susuhunan Batu Habang. Dialah Raja Banjar pertama yang memeluk Islam, dan sejak itu, agama Islam berkembang pesat di Kalimantan Selatan. Pangeran Samudera (Sultan Suriansyah) diislamkan oleh wakil penghulu Demak, Khatib Dayan pada tanggal 24 September 1526 M, hari Rabu jam 10 pagi, bertepatan dengan 8 Zulhijjah 932 H. Khatib Dayan merupakan utusan Penghulu Demak Rahmatullah, dengan tugas melakukan proses pengislaman raja beserta pembesar kerajaan. Khatib Dayan bertugas di Kerajaan Banjar sampai ia meninggal dunia, dan dikuburkan di Kuwin Utara.
Sultan Suriansyah telah membuka era baru di Kerajaan Banjar dengan masuk dan berkembangnya agama Islam. Kerajaan Banjar yang dimaksud di sini adalah kerajaan pasca masuknya agama Islam. Sementara era Negara Dipa dan Daha merupakan era tersendiri yang melatarbelakangi kemunculan Kerajaan Banjar. Diperkirakan, Suriansyah meninggal dunia sekitar tahun 1550 M. Seiring masuknya kolonial kulit putih Eropa, Kerajaan Banjar kemudian dihapuskan oleh Belanda pada 11 Juni 1860.

Berikut rentetan sejarah yang di dapat dari salah satu situs internet (
www.wikipedia.com, searching Sejarah Kerajaan Banjar)
·
8000 SM : Manusia ras Austrolomelanesia mendiami gua-gua di pegunungan Meratus. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong.
·
2500 SM : Migrasi bangsa Melayu Proto dari Yunan ke pulau Borneo yang menjadi nenek moyang suku Dayak (rumpun Ot Danum).
·
1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Borneo.
·
400 : Migrasi orang Sumatera yang membawa bahasa Melayu kuno.
·
520 : Berdirinya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung, Tabalong yang didirikan orang Melayu kuno.
·
600 : Suku Dayak Maanyan melakukan migrasi ke pulau Bangka selanjutnya ke Madagaskar.
·
1200 : Ampu Jatmika, hartawan dari negeri Keling (Tamil) mendirikan kerajaan Negara Dipa semula berkedudukan di daerah aliran sungai Tapin, tempat dimana ia mendirikan Candi Laras.

Demikian cerita pendek dan penuh pertanyaan yang harus kita jawab, apabila ada saran dan pendapat ataupun cerita lain silahkan layangkan surat ke Kantor NGO LangsaT jl. Anggrek, No. 171, Pembataan Murung Pudak, Tabalong Kalimantan Selatan 71571 atau ke e-mail
/Chatting ke : langsat_borneo@yahoo.com. Atau ke E-mail pribadi : whyank@gmail.com, rizabtr@yahoo.com, wahid_langsat@yahoo.com, iwan230675@yahoo.com
Atas saran pendapatnya kami ucapkan terima kasih.

Erwan Susandi
LangsaT (Langkah Menuju Sejahtera Tabalong)
Jl. Anggrek, No. 171, Pembataan, Murung Pudak, Tabalong, Kalimantan Selatan 71571 (
www.wikimapia.org searching Kantor NGO LangsaT)
http.
www.lansatborneo.blogspot.com, Email : langsat_borneo@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar