SURABAYA - Usaha kecil menengah (UKM) tak hanya butuh dukungan dari permodalan namun juga bantuan sisi teknis seperti cara pengemasan barang (packaging). Salah satunya dilakukan oleh Federasi Pengemasan Indonesia (FPI), asosiasi pengusaha di industri pengemasan.
Mereka melakukan mapping (pemetaan) terhadap UKM di Indonesia mengenai standar pengemasan barang. Ariana Susanti business development director FDI mengatakan, sebenarnya omzet UKM tergolong besar. Namun, omzet itu bisa tumbuh lebih cepat lagi jika mereka memperhatikan kemasan dan merek. ''Cara mengemasnya seadanya, sehingga nilai higienisnya berkurang,'' tuturnya. Cara pengemasan seperti itulah yang seringkali menghambat mereka ketika masuk pasar ritel.
Lebih lanjut Ariana menjelaskan bahwa kebutuhan pengemasan dalam negeri 70 persen sudah bisa dipenuhi oleh lokal. Dari total kebutuhan pengemasan hampir 70 persennya digunakan untuk makanan dan minuman. ''UKM juga sama, mereka kebanyakan memproduksi makanan,'' tuturnya.
Sedangkan tipe pengemasan yang paling banyak digunakan adalah plastik yaitu 51 persen. Yang lainnya kertas (26 persen), kaleng (17 persen), dan kaca (enam persen). Saat ini banyak industri yang beralih menggunakan kemasan plastik. Karena lebih praktis dan efisien dari segi biaya produksi.
Mengenai pertumbuhan industri ini, Ariana optimistis tahun ini bisa meraup omset Rp 22 triliun atau meningkat Rp 2 triliun dibanding tahun lalu. Salah satu yang bisa menyumbang kontribusi adalah sektor UKM. Dari industri besar sendiri, kuartal I mengalami penurunan 10-15 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Terutama untuk kemasan kaleng. ''Kemasan kaleng biasanya untuk melayani ekspor. Sedangkan karena krisis order ekspor sempat turun,'' jelasnya. (jan/kim)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar