CATATAN MINUM KOPI (RENUNGAN HATI)
Kadang luput dari benak dan tidak terpikirkan bahwa kehidupan menderita dan selalu dianggap lemah serta terasingkan, malah akan membuat seseorang atau masyarakat menjadi kuat dan jaya. Sebaliknya, orang atau masyarakat yang merasa dirinya paling hebat dan kuat, lambat laun akan rapuh dan memudar pamornya ditelan kesombongan dan keangkuhannya. Sejarah telah mencatat sepanjang jaman, Napoleon Bonaparte, diremehkan orang karena badannya yang semampai (alias semeter tak sampai�hanya istilah sajadari Penulis), tetapi kenyataan dan sejarah telah memutar balikan fakta yang ada, sang Napoleon ternyata tercatat sebagai salah satu orang besar (walaupun berperawakan kecil dan pendek) yang berhasil menaklukan benua Eropa setelah Julius Caesar sang Raja Roma (yang kebetulan berperawakan kurus, tetapi memiliki otak yang brilian sebagai ahli strategi dan ahli politik).
Bahkan beberapa Nabi di awal kemunculannya seringkali mendapat cemoohan bahkan cacian dan kedengkian dari orang-orang sekitar dilingkungannya, yang menganggap remeh atas ke Rasul-an nya, tetapi pada akhirnya para Nabi menjadi orang besar yang dikagumi semua orang sepanjang jaman dan selalu lekat dalam benak setiap orang.
Dalam sejarah besar Indonesia, Gajah Mada, seorang prajurit yang kemudian menjadi Panglima dan Maha Patih dari Kerajaan Majapahit pernah diremehkan orang atas sumpah Palapa nya yang ingin menyatukan seluruh kerajaan yang ada di Nusantara dibawah satu pemerintahan Kerajaan Majapahit. Sejarah kemudian membuktikan atas kemampuan Sang Patih Gajah Mada menaklukan seluruh Kerajaan yang ada di seluruh Nusantara dari pulau Sumatera sampai ujung Timur Pulau Indonesia, bahkan terus meluas sampai ke Negeri Campa (suatu wilayah kerajaan yang terletak di daerah Kamboja, berbatasan dengan Thailand, Laos dan Vietnam).
Bahkan dalam beberapa dekade, banyak pimpinan suatu negara berasal dari orang-orang yang tersingkirkan, baik dari bidang kehidupan maupun bidang politik, dan semua itu sebelumnya tidak pernah diperhitungkan bahwa orang yang telah tersingkirkan dan dikucilkan serta sama sekali tidak diperhitungkan malah menjadi orang besar dan memimpin bangsa yang besar.
Dari catatan sejarah tersebut dapat kita ambil suatu hikmah atau kesimpulan bahwa jangan pernah menganggap remeh sesuatu yang dikecilkan atau diasingkan atau direndahkan orang. Belum tentu orang yang lemah selamanya akan menjadi lunglai, dan sebaliknya belum tentu orang yang kuat akan terus menjadi perkasa. Jangan juga kita merasa diri kita lemah atau rendah dihadapan orang lain membuat kita menjadi minder, tidak percaya diri sehingga mempengaruhi tingkah laku kita menjadi orang yang lemah, atau jangan pula kita merasa paling hebat dan paling perkasa sehingga kita selalu memandang rendah orang lain. Kita tetap harus percaya dan yakin, bahwa ada kekuatan yang Maha Besar dan bersifat supranatural (ghaib) yang akan dan selalu mengatur kehidupan manusia di Bumi, kekuatan yang lebih dahsyat dibanding kekuatan dibumi yang paling hebat, kekuatan yang paling perkasa dibanding kekuatan yang paling berkuasa, yaitu kekuatan milik Sang Khalik, Sang Penentu Kehidupan.
Lemah itu bukan berarti tidak mampu, miskin itu bukan berarti tidak kaya, dan fakir itu bukan berarti tidak punya. Semua harus di cari dan digali, dimulai dari diri sendiri, jangan karena ketidakmampuan kemudian merasa paling hina dan meninggalkan rasa percaya diri, bersikap pasrah tanpa ada keinginan dan kemauan serta hasrat untuk maju, memiliki dan mempunyai (biasa dipakai oleh masyarakat dengan istilah �berikhtiar�). Apapun jalan dan caranya, sepanjang itu tidak melanggar kaidah dan keimanan, aturan dan norma yang hidup dan telah ditetapkan, niscaya semua peluang dapat dimiliki bersama, dalam arti semua orang berhak memiliki peluang untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Hassan Al Banna � Risalah Ila Ayyi Syalin Nad�un Naas menuliskan bahwa : �Kebangunan semua bangsa di dunia selalu bermula dari kelemahan; sesuatu yang sering membuat orang yang melihatnya beranggapan bahwa tercapainya apa yang mereka cita-citakanadalah sebentuk kemustahilan. Tetapi di balik anggapan kemustahilan itu, sejarah sesungguhnya telah mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran, keteguhan, kearifan dan ketenangan dalam melangkahtelah mengantarkan bangsa-bangsa yang tumbuh dari kelemahan dan hanya sedikit memiliki sara itu, telah mencapai kejayaan seperti yang dicanangkan���.
Kelemahan itu bukanlah kutukan, masyarakat yang selalu terpinggirkan dan dipinggirkan bukan azab yang tidak bisa diubah atau dibangun untuk menjadi suatu masyarakat yang kuat, yang kompak bersatu, saling menjaga, bersaudara erat, sejahtera bersama-sama. Keluar dari belenggu kelemahan, kemelaratan ini yang harus selalu dibangun dan dicetuskan bersama-sama, saling bahu membahu. Jangan selalu memandang segala kekurangan dari satu aspek atau sisi belaka, bahkan setiap permasalahan banyak sekali jalan keluarnya, jangan diartikan kearah yang negatif saja, jika masih ada hal-hal yang positif yang dapat dijaga dan dimunculkan demi kebaikan seluruh orang.
Malapetaka itu bukan akhir dari bencana, kegagalan itu bukan akhir dari tujuan yang ingin diraih, keburukan itu bukan akhir dari segala kesempurnaan, dan kekalahan itu bukan akhir dari kemenangan yang gagal, semua itu hanya rutinitas hidup. Yang harus dibangun dari keseharian hidup adalah kesejahteraan seluruh kehidupan sampai akhir jaman, tidak hanya untuk sesaat.
Menjadi seorang Pejabat seperti Presiden/Wakil Presiden, Menteri/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar