20090720

Purbalingga Akan Membangun Museum Prasejarah


PURBALINGGA, KOMPAS.com — Penemuan puluhan situs prasejarah di Kabupaten Purbalingga dalam beberapa waktu terakhir mendorong Pemerintah Kabupaten Purbalingga membangun museum untuk benda-benda prasejarah yang telah ditemukan di situs-situs. Museum tersebut di antaranya akan menyimpan batu mulia dan artefak neolitikum yang banyak ditemukan di wilayah kabupaten ini.

Bupati Purbalingga Triyono Budi Sasongko, Senin (13/7), mengungkapkan, museum akan dibangun di sebelah bangunan museum uang Purbalingga, kawasan taman buah Kutasari. Dana untuk pembangunan museum akan dianggarkan dalam APBD Purbalingga tahun 2009 perubahan, ujar Triyono.

Beberapa waktu lalu, tim geologi dan arkelogi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB) dibantu para mahasiswa Fakultas Geologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, menemukan batu mulia Le Sang Du Christ (batu darah kristus), dan potongan batu hasil buatan manusia zaman prasejarah di daerah aliran Sungai Klawing, serta Desa Dagan, Bobotsari.

Le Sang Du Christ konon merupakan batu mulia dengan kualitas terbaik. Warga setempat sering menyebutnya sebagai batu Nogo Sui.

Bangunan permanen calon museum prasejarah tersebut nantinya berukuran 12 x 20 meter dengan biaya Rp 400 juta. Selain menyimpan koleksi benda prasejarah di Purbalingga, sedianya monumen ini juga akan menyimpan koleksi wayang di seluruh Indonesia.

Museum ini sekaligus sebagai upaya pelestarian budaya terutama wayang, dan sekaligus menyimpan benda purba berupa batuan yang ternyata banyak terdapat di Purbalingga, ujar Triyono.

Dalam eskursi (penelitian geologi lapangan) lanjutan pada pekan lalu, Tim KRCB menemukan sebanyak 50-an situs bersejarah di sejumlah tempat di Purbalingga. Tim ini juga menemukan potongan-potongan batu hasil buatan manusia zaman prasejarah yang berserakan di sekitar air terjun di Desa Dagan dan sekitar persawahan milik warga di desa tersebut.

"Potongan batu yang kami temukan berupa beberapa potong limbah gelang batu berbahan dasar jasper hijau yang berbentuk cakram. Potongan batu ini diperkirakan berasal dari zaman neolitikum atau zaman batu baru," kata Sujatmiko.

Sujatmiko mengungkapkan, sejak tahun 1983, kawasan sekitar Bobotsari sudah dikenal di kalangan masyarakat batu mulia maupun arkeolog sebagai salah satu situs budaya manusia zaman neolitikum. Hal itu menyusul dilepasnya sejumlah hasil penelitian para arkeolog Indonesia tentang temuan benda-benda prasejarah di Purbalingga tahun 1980-an, salah satunya hasil penelitian arkeolog, Harry Truman Simanjuntak.

Temuan limbah gelang batu dinilai sebagai temuan sangat menarik. Hal itu menandakan kegiatan manusia masa neolitikum di Purbalingga mulai melirik ke benda-benda estetik, bukan lagi berdasarkan fungsinya. "Dari sumber-sumber arkeologi, gelang batu ini dibuat manusia prasejarah dengan menggunakan bambu dan pasir," kata Sujatmiko.

KOMPAS Mohamad Burhanudin (http://m.kompas.com/news/read/data/2009.07.13.18385565)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar